Tuesday, February 28, 2012 0 comments

Mimpiku dengan Nyata

                  Mimpi ingin cepat esok. Biar mimpi bertemu dengan nyata. Tapi akhir-akhir ini, nyata menjauh dari mimpi. Karena nyatanya mimpi berubah. Mimpi hanya di tempat tidur. Dulu, nyata dekati mimpi karena mimpi bersahabat dengan aktif. Mimpi itu cantik, dan aktif terlihat gagah dan pintar. Nyata menyukai keaktifan. Karenanya nyata selalu melihat aktif. Tapi aktif bertemu pasif, dan saling jatuh cinta. Dan ternyata, mimpi juga menyukai aktif tapi terpengaruh pasif yang jahat. Pasif membuat jauh aktif dan mimpi. Juga nyata. Mimpi pun bermimpi apa baiknya. Tapi apa daya, ia hanya sebuah mimpi yang lemah.

                   Suatu hari, aktif tahu semua perbuatan pasif, dan membuatnya pergi. Aktif menyesal dan memberi surat ke mimpi, tapi surat itu tak pernah sampai karena pasif selalu mengambil surat itu. Aktif mengira mimpi masih marah, sehingga tidak mau membalas tapi aktif selalu berusaha. Dan di taman, tempat mimpi bermimpi, ia bertemu Tuhan. Tuhan sangat baik, ia mau membantu mimpi mendekati aktif dan nyata lagi. Dan Tuhan tau penyebabnya. Ternyata Tuhan sahabat pasif, tapi sudah lama Tuhan membenci pasif karena egonya. Dan membeberkan semua rahasia pasif. Di akhir cerita, mimpi bisa bersahabat dengan nyata karena aktif sudah kembali dan ada Tuhan yang menolong. Membereskan pasif. 
0 comments

Aku tidak ingin berangan, Nyatalah!

Tidak tahu apa dan mengapa namun jariku bergerak. Menelusuri pikiran, mencari  kata.
Aku sudah separuh jalan, tapi tetap tidak menemukan jalan keluar.
 Itu tertutup, kata hatiku. Biarkan saja dia berjalan mencari, maka engkau nanti akan terbiasa mengikutinya. Sudah lama tidak kuungkapkan. Berbagai  cerita mengelana satu-satu menghiasi mimpiku. Hanya aku yang tahu. Ingin rasa membaginya, memberikan getaran itu setelah merasakannya. Tapi tidak dengan jariku yang tidak bisa berkompromi dengan hati dan imajinasiku. Selalu ribut di tengah. Kata-kata berloncatan ingin keluar karena  tidak bisa kupilah. Berbagai kata ingin kutulis namun tidak tersambung.
Sejenak aku ingin lagi. Tapi putus asa ketika mencoba. Bagaimana jika hasilnya tidak jadi baik?  Kataku selalu putus di tengah. Tulis ayo tulis...
Aku ingin bisa menulis. Mengeluarkan kata dengan pintarnya. Tapi aku tak cukup berwawasan, aku ingin belajar, tapi pada siapa? Mereka berkata itu tidak diturunkan, hanya membaca. Maka ku membaca. Tapi tetap tak bisa mengalir sesuai pikiranku.
Buku-buku bertumpuk setelah kubaca. Mereka punya sesuatu untuk dibaca, imajinasi yang keluar nyata dan dirasakan dalam. Aku ada, tersimpan rapi dalam pikiranku. Bersiap, jika nanti aku sudah pandai, akan kucoba susun kembali, sehingga mereka mengerti maksud ceritaku.
Sungguh aku ingin menulis. Menbuat orang paham dengan kata yang kutulis. Mengerti dengan ceritaku, hingga mereka ingin membaca lagi. Aku pun ingin menulis lagi. Belajar kata, belajar wawasan, belajar mencari sudut pandang. Itu sangat seru untuk dilakukan, bagiku dan bagimu.
Apakah ungkapan ini terus sulit untuk dicerna?. Ini aku, lihatlah, maka akan kucoba :D

0 comments

Malas.

Jangka bergerak. Mengotak. Mengikuti alir pikir, sebuah lembar cerita baru yang bertulis. Jauh, tak sadar ia sampai lelah. Kalendernya cepat tercoret. Dunia ini berlari. Tidak kakinya. Terbang sayapnya ia lem sendiri. ia terlalu tinggi. Di antara banyak panggung, banyak lelaki, banyak lagu. Itu yang terisi. Tidak kakinya.
Kecil bergidik,bersembunyi dibalik tulang semu,bertoles tinta merah sang pencipta. Raganya dikubur. Olehnya, ia menggeleng. Mengeleng panik, dan si kecil makin bergidik. Terciptanya sebuah gerak. Apadaya ia tak bergesek. Hanya terduduk, memandang kotak. Matanya mengarungi hujan. Mimpinya yang tak dilihatnya berujung. Karena jalan tidak bergerak untuk membentuk. Ia tak mengerti apa itu semen. Apalagi soal desein. Ingin sekali raganya bergerak. Terkubur caci maki, haluan kanan-kiri. Si kecil itu tak bergidik, ia sepertinya tau semen! Merekati si kecil.
 Salahkan siapa?

0 comments

Aku mengandai sebuah cerita 1

                Menutup  kisah dengan mengetahui bahwa ia sedang bahagia, tapi tidak dengan kita yang selalu setia. Kita seorang wanita selalu meyakinkan diri, bahwa jika ia bahagia maka kita pun juga ikut kelam dalam bahagianya. Tapi keyakinan itu tidak sebegitu megah kupegang, karena berbeda dengan yang dirasakan hati ini sekarang. Buktinya, aku sangat tidak terima, tangan itu digenggam dan diraba oleh tangan kasar lainnya. Ia tahu tanganku kasar habis mencuci, aku hidup dengan tanganku, tidak seperti pesolek itu yang hidup dengan tangannya di celana seorang pria, yang sekarang adalah dirimu.
                Tapi, masa kurenggut benda bahagiamu? Aku lebih terhina, melihat mu menangis karena cemburuku. Aku juga tak ingin diam, melihatmu terus dilahap oleh pesona kata  pesolek itu, tak heran pesolek itu selalu mendengung dalam bicaranya, bahkan dia sering diam namun terus merayap dan mengigitmu. Ia sering merangkulmu, agar hartamu juga ikut merangkulnya. Tapi hati ini terus berkata diam memerintah jiwaku yang berontak dalam raga. Mengingatkanku, supaya wajah senyummu tetap terlukis dalam setiap ceritamu tentang si pesolek kepadaku setiap petang di rumahmu.
                Aku terlibat sebuah perang dengan akal sehatku. Jiwa ku menyerah mengibarkan bendera putih, mengikuti siapa pemenang dalam hati. Itu terjadi begitu lama, sehingga tidak terlihat di mata jiwaku, terlalu banyak korban tumbang karena sengatan yang dalam dari indera yang diperintah hatiku tanpa sengaja. Kuhentikan sejenak perang itu, dan menenangkan diri.
                Dalam hening rintik hujan mebasahi udara dengan khasnya setiap ia jatuh, menutup sang matahari diganti dengan mendung. Kau ada di depan rumahku saat ini, setelah sebuah pesan dalam kotak canggih milikku berdering. Isinya, kau ingin bertatap dengan ku segera petang ini. Bertanya namun tak berani menjawab sendiri.  di sana kamu berdiri, air menggeluti tubuhmu dan perlahan terjatuh melalui pori-pori atau menggantung.  Meski  lampu rumahku tak cukup menerangi sisi tubuhmu yang lain, jiwaku mengangguk mengenalimu, wajahmu terlihat kaku memutih, dalam tanganmu ada kotak canggih seperti milikku. Sudah lama aku tak melihat sosokmu, karena komitmenku. Itu karena aku lebih tak sanggup melihatmu, apalagi dengan pesolek itu.
                Aku ingin segera tau ceritamu!
0 comments

it saved in my Word doc. :D

Why parents are always in two? One is much i think.

Rain always makes me remember to be grateful, they were fresh water God gave to His useless humans like me.

Brother makes me believe that demons do exist.

Learn guitar or car? They are the same, with guitar you can release your bad mood by playing it, with car you can releave your bad fate by crashing it, see? 

Hearing every sound from my room, the falling rain, a woman’s voice in the tv, my mother yelling, mosquitos flying, my father chuckling, it’s nice to be home J
0 comments
I met you in front of my enemy’s school gate. we were under the command to spread good news for young christians like us.  Nice to see you in the middle of hot air, your eyes in pair blew my hair! I wanna be closer and know you more. So, we can chat in the night, make me calm in my fight against the world.  Bring you the anthena, so you can receive my heartbeats signal, it was like drumline in my chest now! Gosh, i can’t stop staring and trying to get your attention. In the rain, you sat down beside my beautiful friend, she’s my school idol you know?, and do you know how much happy i am?? That you still made me around you by asking me questions and telling jokes, or asking me whether i know your school friends, i was so happy like i will jump, scroll, sing, scream, Thanks for happiness you bring!!                                                          
0 comments

frames

Can i be an artist? What should i do to be one? Should i produce arts? And publish it on internet or book? Does luck exist? Because all of this time, i saw lucky people bein’ an artist just because all of their publishes do in the internet or book. 
 
;